Pengaruh Krisis Ekonomi Global terhadap Ekonomi Pembangunan

Krisis ekonomi global awalnya karena subprime mortage atau kredit macet sektor perumahan di AS yang akhirnya membuat ambruknya pasar modal AS dengan anjloknya indeks saham di Bursa Efek New York ndan diperparah melambungnya harga minyak dunia hingga menyentuh harga 105 dolar AS per barel yang memberi kontribusi terhadap tekanan terhadap perekonomian AS. Kondisi internal dan eksternal AS yang kurang kondusif menggiring melemahnya nilai tukar dolar AS terhadap euro dan yen sehingga memicu kenaikan harga komoditas internasional seperti minyak, batu bara, gas alam dan emas. Ketergantungan industri AS akan minyak masih dominan sehingga menambah deret keterpurukan ekonomi AS. Konsekuensi dari peristiwa tersebut berdampak pada stagflasi dimana akan terjadi percepatan laju inflasi global yang mendorong perlambatan ekonomi. Akibatnya tingkat permintaan di seluruh dunia melemah tanpa kecuali. Negara industri maju mengalami derita resesi yang parah. Repotnya, derita itu ditularkan dan dirasakan pula pada kita Indonesia. Jalur perdagangan (ekspor-impor) dan jalur keuangan (arus modal) adalah pintu masuk mrambatnya krisis global pada ekonomi domestik. Akibat yang dirasakan adalah ke sektor riil. Apabila dunia bisnis semakin melemah, nantinya akan menyentuh pada pengangguran dan kemiskinan. Inilah yang menjadi ancaman terberat bagi sektor riil di Indonesia. Pada tahun 2008, angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) telah meningkat. Pada November saja, tercatat sebanyak 66.000 orang yang terkena PHK. Jumlah yang di-PHK ini diperkirakan terus meningkat pada 2009. Belum lagi krisis juga menghantam organisasi non profit atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dikarenakan sumber-sumber pendanaan LSM-LSM di negara selatan berasal dari lembaga donor di negara-negara utara yang sedang mengalami krisis keuangan. Adanya krisis keuangan yang melanda negara-negara utara tentu saja akan mengurangi penggalangan dana yang dilakukan oleh lembaga-lembaga donor dari negara tersebut. Biasanya lembaga-lembaga donor dari negara-negara utara menggalang dana dari pajak atau sumbangan sukarela warga negaranya. Hasil dari penggalangan dana itu kemudian disalurkan ke LSM-LSM di negara-negara selatan. Sementara di Indonesia, sebagian besar LSM menerima dana dari lembaga donor yang berasal dari negara Amerika Serikat dan Eropa. Kelesuan kegiatan ekonomi di kedua kawasan itu tentu saja mempengaruhi kelancaran pendanaan bagi LSM-LSM di Indonesia. Krisis juga mengakibatkan merosotnya nilai tukar rupiah, kemerosotan yang tajam atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yg mengakibatkan pr investor menarik dana mrka smua Sektor properti juga terkena imbasnya, krn perbankan menyetop sementara untuk pemberian kredit sektor properti. Bagi industri properti pendanaan dari perbankan adlh kebutuhan dana yang vital di samping mereka mengalokasikan dana internal. Apalagi suku bunga kredit pemilikan rumah yang naik akibat ditetapkannya suku bunga acuan atau BI rate yg naik juga. Jadi intinya krisis global membawa dampak yang luar biasa besar bagi Indonesia bhkn ekonomi pembanguan pd umumnya. Tapi dibalik krisis global tersebut masih ada faktor-faktor ekonomi yang dianggap “penyelamat bangsa”. Mereka adalah para pelaku ekonomi yang telah terbukti selama ini memiliki daya tahan yang tinggi. Mereka tersebar luas di seluruh penjuru nusantara dalam peranannya sebagai petani, nelayan, peternak, pengusaha UMKM dan pelaku ekonomi daerah. Merekalah sebenarnya “kantung penyelamat bangsa”. Saat krisis melanda Indonesia, dimana ekonomi tertekan dengan berat, usaha mereka masih tumbuh pada kisaran 3-4%.

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to comments via RSS Feed

Laman

Kategori

Tautan

Meta

Kalender

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Most Recent Posts